Jumat, 25 Juli 2008

Perlu Ada Subsidi ga Di Indonesia?

Ngomong-ngomong tentang subsidi BBM, gw sebenernya merasa Kebijakan Pemerintah kita emang dagelan. Pasalnya, kenapa kita harus mengimpor BBM dengan harga mahal sementara minyak bumi di Bumi Pertiwi ini jumlahnya berlimpah di Negara kita?? Berikut ini ialah kutipan dari Ekonom Kwik Kian Gie.

Kata Pak Kwik.... "Ongkos untuk mengeluarkan minyak mentah dari bumi, lalu memprosesnya, lalu menyulingnya, hingga siap menjadi bahan bakar, hanya sekitar Rp 600,- per liter (Enam ratus rupiahan). Katanya, produksi BBM kita hanya mampu memenuhi 80% dari kebutuhan, sehingga 20% nya lagi pemerintah harus impor, dengan harga sekitar Rp 8.000,- per liter. Sekarang kita hitung-hitungan. Untuk setiap 10 liter kebutuhan BBM, maka pemerintah perlu uang sbb: Rp 600,- X 8 liter (yang diproses dari bumi sendiri) dan Rp 8.000,- X 2 liter (yang diimport), sehingga total perlu Rp 4.800 + Rp 16.000,- = Rp 20.800,-. Saat ini pemerintah menjual BBM yang katanya bersubsidi itu seharga Rp 4.500,- per liter, sehingga untuk setiap 10 liter pemerintah memperoleh Rp 45.000,-. Jadi setiap penjualan 10 liter , pemerintah untung Rp (45.000 – 20.800) = Rp 24.200,-. Seharusnya UNTUNG kan?...., lalu dimana subsidinya ? Tanya Om Kwik. Subsidi itu kalo 100% BBM diimport oleh pemerintah dengan harga Rp 8.000,- dan dijual ke rakyat dengan harga Rp 4.500,-, sedangkan Kalo Pemerintah membeli dari Pertamina Rp 8.000,- lalu menjualnya ke rakyat Rp 4.500,- itu bukan subsidi, kenapa? Karena... Pertamina kan milik Pemerintah sendiri, milik kita, milik rakyat, Cuma badan yang disuruh oleh ibu pertiwi untuk menyiapkan minyak buat anak-anaknya. Jadi sebenarnya pemerintah tidak pernah memberikan subsidi BBM kepada rakyat. Yang benar adalah, rakyat dipaksa untuk membeli minyak dengan harga tertentu (yang untung bagi pemerintah), dan pemerintah menggunakan uang tersebut untuk dimasukkan dalam anggaran penerimaannya (yang moga-moga untuk kepentingan rakyat, kalo tidak dikorupsi). Bahkan untuk saat sekarangpun, harga yang dibayar oleh rakyat sudah kemahalan. Pemerintah selalu membandingkan dengan harga BBM di luar, Kan di Singapura sekitar Rp 10ribu/ liter, kan di belanda sekitar Rp 16 rb per liter. lhaa.., di sana kan gak ada sumber minyak, semua minyaknya impor, pantas aja mereka harus bayar segitu. Sedangkan kita..., minyak tinggal diperah dari ibu pertiwi... dengan ongkos murah Rp 600,- per liter.. lalu dijual dengan harga Rp 4.500/liter... kok masih bilang disubsidi...., udah gitu mau dinaikin pula..., nasib oh nasib saudaraku, sepersusuan ibu pertiwi..."


Bagaimana? lucu kan? Jadi sebenarnya, dengan harga jual Bensin seharga Rp.4.500,- per liter aja pemerintah udah dapet untung sekitar Rp. 2.420,- per liter (karena menurut perhitungan Pak Kwik, Biaya untuk memenuhi kebutuhan BBM rakyat yang harus disediakan pemerintah hanya Rp.2080,-per liter dan jika 4.500 dikurangi 2.080 hasilnya 2.420) jadi seharusnya kita gausah mengalami kenaikan harga bensin sampai 6.000 perak kan? Bahkan klo perlu dijual 2.080 perak aja biar definisi subsidi BBM yang dicetuskan Pak Kwik itu terpenuhi karena Definisi Subsidi BBM itu ialah Pemerintah membeli BBM dengan harga mahal dari Pasar Internasional untuk dijual kepada rakyat dengan harga lebih terjangkau dengan catatan Pemerintah ga dapet keuntungan. Klo dapet untung, bukan subsidi namanya. Jadi Pemerintah kita emang lucu kan?